Bukan Rumah Reyot – KKN Hari ke 1
Sabtu, 1 Juli 2017
Bangunan kecil terbuat dari kayu, pelindungnya terbuat dari
seng yang kalau terik bakal membuat tubuh seperti terpanggang. Belum lagi pintu rumah yang kuncinya
terbuat dari potongan kayu ditempel menggunakan sebuah paku berkarat. Satu
kamar berisi perempuan berjumlah tujuh orang, sementara tujuh orang laki-laki
tidur di luar, bermain catur atau kartu remi karena tak punya jaringan.
Itulah perkiraanku pukul delapan pagi, aku sadar kalau
semalam adalah malam terakhirku bisa tidur di kamar sendiri, selanjutnya aku
akan tinggal di desa yang namanya baru kudengar kira-kira tiga bulan lalu.
Kaus, celana jeans, kemeja dan beberapa celana pendek sudah dikumpulkan menjadi
satu. Berbekal tutorial dari YouTube,
aku mulai mengemas barang bawaan di sebuah koper milik nenek. Nggak muat bukan masalah, semua bisa
asal dipaksa.
Pukul dua siang kami berangkat menuju Desa Teluk Pandan,
Kabupaten Kutai Timur. Di perjalanan aku satu motor bersama Wawal, sementara
Rendy berpartner bersama Mardi mengendarai Yamaha Spin. Kami adalah kloter
terakhir yang berangkat menuju posko KKN karena teman-teman yang lain sudah
berangkat saat aku masih tidur.
Butuh tiga jam, dan tiga kali berhenti di Pertamina sebelum
sampai ke posko. Bukan karena perjalanan terlalu jauh, bukan juga karena kami
mengisi bensin Rp.10.000. Ini lebih karena aku dan Wawal memang suka berkunjung
ke rest area untuk buang air.
Sayangnya perjalanan ini menelan korban berupa satu botol minum yang pecah
karena jatuh dan terlindas mobil, padahal baru beli.
Ternyata posko yang akan disewa kelompokku nggak separah bayanganku tadi pagi. Tempat ini lebih cocok dibilang rumah besar karena ukurannya memang lebih besar dari rumah kebanyakan orang Samarinda. Kamar tidur ada tiga, kamar mandi juga tiga, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, garasi dan ruang-ruang yang ada di rumah umumnya. Rumah ini juga dilengkapi dengan perabotan seperti sofa, kulkas dan mesin cuci.
Kubuka smartphone-ku,
ternyata simbolnya masih tertulis H+ untuk provider Telkomsel, sementara SIM
kartu 3 juga bersimbol H+ tapi ada tanda seru
di sampingnya. Kubuka aplikasi LINE, chat
juga masih real-time, walaupun
terkadang agak lambat terkirimnya.
Malamnya kami berencana mengunjungi kepala desa sebagai
laporan kalau kita sudah sampai dan siap membantu masyarakat, tapi ternyata beliau
masih mudik lebaran. Jadilah kami membungkus gelas, alat tulis, tas dan celengan
yang nantinya akan dibagi-bagikan sebagai bingkisan buat warga sekitar.
Kami habiskan malam buat bermain PES di laptop. Listrik yang
masih bagus dan persiapan matang dari Rendy membuat malam pertama kami di Desa
Teluk Pandan seperti sama aja dengan bermalam di kota sendiri.
Aku nggak tahu bagaimana kelanjutannya sampai dua bulan ke
depan, mungkin bakalan banyak pengalaman dan kejadian seru. Sebisa mungkin aku
akan mendokumentasikan ceritanya setiap hari, kembali menjadikan blog sebagai
tempat bercerita paling nyaman di dunia online.
Komentar
Posting Komentar
Kalau sudah dibaca langsung kasih komentar ya. Biar blog ini keliatan banyak yang baca.