Hari Santai – KKN Hari ke 9
Minggu, 9 Juli 2017
Aku bangun pukul setengah delapan. Lebih dari sembilan jam
aku tidur sejak liburan kemarin. Walaupun aku masih kurang puas karena sering terbangun. Penyebabnya adalah Wawal yang tidur dengan
gelisah, dia bergerak semaunya tanpa memikirkan perdamaian antar umat yang
sedang tidur juga. Tubuhku masih terasa remuk, namun kucoba membuka laman
portal mahasiswa untuk melihat nilai. Hari ini, kami ingin bersantai-santai
saja.
Seperti biasa, setelah mandi dan makan, aku memulai hari
dengan menulis kejadian kemarin. Kubuka laptop dan kutulis cerita di Microsoft
Word berlisensi asli yang kubeli akhir tahun lalu menggunakan upah sebagai
reporter di Kaltim Post. Setelahnya, aku lanjutkan novel Dilan 2 dan beberapa
halaman majalah Marketeers yang kubeli pada H-1 keberangkatan ke Desa Teluk
Pandan. Semuanya kulakukan di kamar sebesar 3x4 langkah kaki.
Oh iya, masalah kamar, kami berenam memiliki ideologi yang
sama. Kami semua merasa baik-baik saja dengan bantal yang dibiarkan di tempat
terakhir memakainya. Barang-barang seperti tas, dus Indomie dan kresek
belanjaan kami lempar ke sudut-sudut kamar agar tak mengganggu pandangan.
Tumpukan baju diletakkan di rak yang kami buat pada hari
pertama KKN. Masing-masing mendapatkan jatah satu per enam dari permukaan meja
dua tingkat, sementara satu orang lagi membawa keranjang pakaiannya dari rumah.
Urusan baju aku merasa cukup diuntungkan, karena berada di sisi kanan bawah di
mana bagian tepinya terdapat kayu penyangga untuk memberikan keamanan agar kaus
tak terjatuh.
Di depan meja pakaian, terdapat satu stopkontak yang
kemudian dicolok kabel terminal berkapasitas lima colokan. Empat digunakan
untuk charger smartphone atau laptop,
sementara satu diisi oleh kipas angin yang di hari ke empat sudah nggak bisa di
swing. Mungkin akibat kami nyalakan
selama 24 jam tanpa henti (kecuali saat pemetaan sosial dan sepak bola kandang sapi).
Sepak bola kandang sapi juga sudah lebih baik dibandingkan
hari pertama kami datang. Lapangan sudah diperbesar, rumput-rumput tinggi sudah
ditebas menggunakan parang, dan tai-tai sapi selalu dikubur sebelum dimulainya pertandingan.
Karena sepak bola setiap sore, kami mahasiswa jadi akrab dengan anak-anak kampung.
Pertandingan dimulai dari setengah lima dan baru bubar ketika ada suara mengaji
di masjid.
Malamnya, kami mendengar kabar kalau Wayne Rooney pergi dari
Manchester United. Aku, Dery dan Rendy yang merupakan fans MU merasa cukup
kehilangan. Dery bilang, Rooney sudah mencatatkan 559 caps dan 253 gol untuk
tim setan merah. Rendy bilang, kehilangan Rooney sudah setara dengan pindahnya
Cristiano Ronaldo ke Real Madrid beberapa tahun lalu. Aku sendiri juga merasa
kehilangan, teringat hari di mana aku membeli seragam MU pertama kali dengan
nama punggung Rooney.
Tapi rasa kehilangan itu hanya sebentar, kami menghabiskan
malam dengan melanjutkan Liga PES yang sudah masuk musim ke tiga (season pertama dimenangkan Rendy dan season kedua dimenangkan Dery). Saat waktu
menunjukkan pukul satu, setelah merebus Indomie goreng sebanyak tujuh bungkus
untuk enam orang, kami mulai tertidur satu-persatu di ruang tamu.
Komentar
Posting Komentar
Kalau sudah dibaca langsung kasih komentar ya. Biar blog ini keliatan banyak yang baca.