Ledakan Kebahagiaan – KKN Hari ke 43
Sabtu, 12 Agustus
2017
Buumm. Sebuah
ledakan terdengar nyaring di kelas 4 SD 001 Teluk Pandan. Nggak lama setelah
kaget, anak-anak itu tertawa. Kutengok sekeliling ternyata ledakannya berasal
dari salah satu murid yang menepuk plastik pembungkus yang sudah digembungkannya
pakai mulut. Beberapa saat kemudian terdengar ledakan berikutnya, mereka
tertawa lagi. Plastik pembungkus itu berasal dari bingkisan berisi buku, pensil
dan rautannya yang sudah kami kemas sejak hari pertama.
Kami masuk pukul 8.30. Kata Pak Suhardi, wali kelas 4, kami diperbolehkan
sosialisasi sampai pulang sekolah jam 11, tetapi anak-anak akan istirahat pukul
9.15 sampai 15 menit kemudian. Jadi Dede sebagai MC membuka kelas dengan games
sederhana dan jargon-jargon yang dibuatnya sendiri. Untuk urusan anak-anak, Dede
memang jagonya karena katanya dia memang suka anak kecil semenjak punya
keponakan.

Di waktu istirahat mereka berkegiatan sebagaimana mestinya
anak kecil. Laki-laki main kejar-kejaran, berlari lalu ngepot di keramik
(semacam bermain skateboard menggunakan
kaus kaki), atau melakukan simulasi berkelahi. Sudah kuperingatkan untuk jangan
berkelahi tapi mereka tetap bergantian mengeroyok temannya sambil ketawa, jadi
supaya mendapat perhatian aku ganti arahannya menjadi boleh berkelahi tapi
jangan sampai ada yang nangis. Mereka semua senyum-senyum mendengar peraturan
konyol yang kubuat.
Sementara itu, anak perempuan berlarian ke kantin untuk
mendapatkan makanan kesukaan atau tetap dikelas memakan bekal buatan Mama, sisanya
bernyanyi bersama Dede yang membawa kumpulan lagu-lagu nasional.
Kegiatan mereka sempat kurekam sekitar 30 detik sebelum anak
laki-laki mulai teriak-teriak mencari perhatian. Kalau kamera diarahkan ke wajahnya
dan diminta menyebutkan nama, mereka berlari. Sebenarnya aku mau upload video
mereka di blog ini, tetapi nggak jadi mengingat kuota di sini mahal.

Ketika waktu memberi keterangan kalau istirahat sudah
selesai, anak-anak yang kuminta masuk malah berkeliling seperti polisi mencari
buronan. Mereka mencari temannya sambil berteriak keras dan berulang-ulang. “Kelas
4, masuk ke kelas.” Dicarinya setiap anak sampai lengkap 36 orang (sebenarnya
satu kelas berisi 38 orang, tapi dua nggak hadir).
Kelas dimulai kembali dengan aku yang mulai mempresentasikan
cara membuat kebiasaan baru dan langkah-langkahnya. Materi dasarnya kuambil
dari penelitian Charles Duhigg dalam bukunya berjudul The Power of Habit. Kata
Pak Charles, seseorang harus melakukan sesuatu secara berulang-ulang selama 66
hari berturut-turut sebelum menjadi kebiasaan.
“Tepuk dua,” kusebut mantra itu supaya kembali
menarik perhatian. Mereka tepuk tangan sesuai angka yang kusebutkan. Untungnya
anak-anak kelas 4 ini cukup mudah dikendalikan karena mereka antusias
mendengarkan. Aku cukup senang untuk ini.

Aku mengambil kertas berisi nama dan cita-cita mereka yang
sudah Dede kumpulkan sebelum waktu istirahat. Nama yang dapat dipanggil akan
menyebutkan cita-citanya sambil berdiri. Jawaban mereka cukup beragam. Dani dan
Isman mau jadi polisi, Rahel mau jadi astronot, sementara sisanya ingin jadi
tentara, guru, ustad, dokter dan wartawan.
Aku cukup tertegun saat membaca cita-cita seorang anak yang
ingin menjadi wartawan. Ternyata kegiatanku di kota setiap hari selama hampir
setahun terakhir, (yang setiap deadline agak
stres) menjadi impian seorang anak di desa yang butuh 30 menit untuk sampai ke
kota terdekat, atau empat jam ke ibukota provinsi.
“Mantap,” kataku kepada orang itu lalu
mengajaknya kompak. “Semua cita-cita itu baik,”
kataku kepada semuanya.

“Tepuk tiga.”
“Oke, semuanya coba menulis yang ada di layar ya.”
Di layar, tertulis “Mama, (nama) mau jadi (cita-cita). Hari
ini (nama) lagi belajar membuat kebiasaan baru. Semoga kebiasaan ini bisa
berlanjut terus. Mohon bantuannya ya Mama.”

Setelahnya, mereka mulai kupandu untuk membuat tabel
keberhasilan. Mereka menulis angka 1-66 dengan beberapa spasi di sebelahnya.
Setiap hari mereka akan melingkari angka saat mereka berhasil belajar, begitu
seterusnya. Jika ada dua lingkaran bersebelahan, maka akan diberi rantai dan
jangan biarkan rantai itu putus. Mereka memperhatikan dengan serius, tapi aku
nggak tahu apakah mereka mengerti atau tidak.
Untuk membuktikan kalau mereka nggak cuman pura-pura ngerti,
aku kembali mengundi kertas cita-cita mereka. Nama yang kusebut akan
menjelaskan ulang. Hampir semuanya harap-harap cemas takut disebut. Tapi
ternyata tiga dari tiga anak yang namanya kupanggil berhasil menerangkan ulang.
Artinya (mudah-mudahan) semuanya mengerti penjelasanku selama di depan.
Waktuku buat presentasi selesai di 10.45, telat lima menit
dari jadwal yang dibuat Dede. Hari ini, aku benar-benar bahagia bisa menjadi
guru buat mereka, menyampaikan pengetahuan baru yang bisa jadi akan diingatnya
sampai dewasa. Dengan mengajar hari ini, aku merasa berguna.
Kami menutup kelas dengan bernyanyi bersama. Berturut turut
kami semua menyanyikan Indonesia pusaka, Garuda Pancasila, Dari Sabang Sampai
Marauke, Hymne Guru, Indonesia Pusaka dan ditutup oleh Hari Merdeka karena
sebentar lagi 17 Agustus.
Sepulangnya kami membagikan choki-choki bermerk Gery kepada
semuanya. Satu anak dapat satu, lalu mereka salim kepada kami. Anak-anak di
sini memang hobi salim. Saat baru datang saja, mereka kesenangan dan rebutan
salim.

Thank you for your information, please visit:
BalasHapushttp://www.wwwsbobet.net/
http://ibcbetbola.com/
http://play-1628.org/
http://www.judiikanandroid.com/
http://www.ibcbetmaxbet.com/
http://www1.idnpoker-online.com/
http://agendominopoker.com/
http://www1.idnpoker168.com/
http://agenpokerplace88.com/
http://www1.bolamaxbets.com/
http://pokeridnonline.net/
BalasHapushttp://www.daftar-sv388.org/