Kukuh Kurniawan

Jadi gaul itu sulit, tapi bisa. Banyak yang bilang kalau zaman makin lama jadi makin primitif karena manusia kembali mencari-cari batu. Sebenarnya enggak juga, zaman itu semakin modern karena adanya teknologi yang memudahkan,  Sekarang, kita sudah bisa jadi apa yang kita suka asal berani maksa. Buat yang pengen jadi pemain gitar, kita bisa beli CD Guitar Hero buat dimainkan di PS. Buat yang pengen jadi pemain bola, bisa beli seragam tim favorit di online shop. Kalau ada yang pengen jadi Naruto, kita bisa belajar jadi anak cosplay. Semuanya bisa, kecuali kamu pengen foto berdua bareng member JKT48. Nah, itu baru nggak bisa. Untuk jadi gaul, selain harus berpartisipasi di seluruh acara acara hits, kita juga harus tampil dengan penampilan yang menarik. Kalau wajah sudah nggak bisa ketolong lagi karena takdir, minimal kita harus memakai pakaian yang rapi supaya nggak keliatan gembel gembel banget. Masalahnya, cari baju itu nggak segampang cari mie instant di warung dekat ru

*Selain buat blog sendiri, aku juga sering nulis buat website website lain. Supaya kamu tau aku punya tulisan baru, Makanya aku buat MOP (My other post). Sengaja preview post-ya disini juga. Kalau mau baca lengkapnya, kamu bisa klik tulisan "Baca selangkapnya". Komentar di blog ini sengaja aku disable. Jadi kalau mau komentar langsung ke website aslinya aja. Oke, selamat menikmati* Menurut penelitian dari Global Brain Institute, Cadell Last, manusia di masa depan bisa hidup lebih lama dibandingkan manusia belasan atau puluhan tahun yang lalu berkat adanya bantuan teknologi. Harus kita akui kalau teknologi memang bener bener merubah dunia. Postingan ini ada juga karena adanya teknologi, mungkin kalau nggak ada teknologi kita semua ngeblog pakai batu ukir. Terus harus kita bawa kedalam tas supaya orang lain bisa baca. Sebulan jadi penulis, bahu sudah pindah ke pinggul. Di postingan ini Tebe mau ngasih tau aplikasi yang memperhatikan kesehatan umat manusia. Dengar berita i

Ada satu kota kecamatan sekaligus ibu kota kabupaten paling kaya di Indonesia yang bernama Tenggarong. Walaupun kabupatennya paling kaya, disana nggak ada fasilitas yang menunjang kegaulan remaja masa kini seperti bioskop, Starbucks, KFC atau Pizza hut. Untungnya sudah ada Indomaret. Jadi minimal bisa ngobrol unyu di meja kasir sambil minum Cofeemix. Kalau mau ke Tenggarong, butuh waktu setengah jam dari ibukota provinsi. Itu kalau cepat, kalau lambat bisa melewati bulan Ramadhan 2 kali. Kami, para mahasiswa baru Ilmu Komunikasi yang mukanya sudah mulai mengalami penuaan adalah kumpulan orang yang suka berpetualang. Grup chat kelas sudah diramaikan dari malam sebelum berangkat. Keliatannya besok Tenggarong akan dibuat rusak oleh sekumpulan mahasiswa yang masih belum hafal perkalian.

"Ini bukan tentang jarak, tapi tentang perjuangan" Selasa pagi, bertepatan dengan hari Kartini. Nggak ada perayaan spesial buatku hari ini, kecuali adek yang memakai kebaya merah muda untuk dipakai di sekolahnya. Sementara aku bersiap menuju kampus untuk kuliah. Kebetulan hari ini ada UTS Ilmu kealaman dasar. Matahari belum juga berwarna orange, padahal waktu di jam dinding rumah sudah menujukkan pukul 6.55. Bagi sebagian orang, hujan ini merupakan kenikmatan tersendiri karena bisa mendengarkan sound FX alami tanpa perlu menggunakan aplikasi rainymood . Sebagian lagi adalah makhluk ciptaan tuhan yang bersiap nekad menerobos hujan, Iya. itu aku. Aku memakai kemeja warna biru langit lengan panjang yang didalamnya terdapat kaos berwarna hitam. Karena cuaca juga sedang hujan, aku memakai jaket polos berwarna biru dongker dan jas hujan sebagai pelindung. Mengambil kaus kaki di lemari dan memakainya sebelum mengikatkan tali sepatu. Aku siap berangkat menuntut ilmu.