Peristiwa Minggu Ini – KKN hari 48-52
Selasa, 22 Agustus 2017
Untuk pertama kalinya selama di Desa Teluk Pandan, aku
sakit. Sebenarnya di pekan ketiga KKN aku sempat cedera di bagian pangkal paha
kanan karena mengangkat kaki terlalu tinggi saat sepak bola kandang sapi,
tetapi ceritanya nggak kutulis karena penyembuhannya cukup mudah yaitu cukup
kompres bagian yang bengkak pakai es batu setiap tiga jam sekali sampai sembuh.
Informasi ini aku dapatkan dari Pak Satriansyah, kepala fisioterapis RSUD Abdul
Wahab Sjahranie saat kuwawancarai untuk halaman Workout Kaltim Post beberapa
bulan lalu.
Sebenarnya hari ini kegiatanku cukup padat setelah kemarin
tim pemetaan sosialku sudah menyusun ulang daftar kegiatan untuk melibas
seluruh agenda di minggu ini karena sudah deadline.
Tetapi kenyataannya, pagi-pagi setelah dari kamar mandi aku hanya bisa terkapar di kamar dan
langsung mengirimkan pesan kepada Bang Aidil, salah satu dokter andalanku untuk
berita-berita seputar kesehatan umum.
Ini adalah kedua kalinya aku diare selama hidup. Pertama
kali empat tahun lalu karena makan Maicih level 10 dalam tempo
sesingkat-singkatnya, lalu hari ini (sepertinya) akibat dua hari berturut-turut
minum rebusan air bak yang agak keruh karena nggak ada air saat mau bikin Milo.
Bagiku penyakit diare cukup menyebalkan karena sebenarnya semua
kelihatan seperti biasa, tapi bisa mendadak pengen buang air dan nggak bisa gerak ke mana-mana. Setelah
memasukkan kata diare di kolom pencarian blog, ternyata empat tahun lalu aku
pernah menulis hal-hal yang bisa dilakukan ketika sedang diare. Silakan kliklink ini kalau mau baca, tetapi mohon
maaf kualitasnya jelek karena begitulah tulisanku saat itu.
Karena nggak bisa kemana-mana, jadi kegiatanku hari ini
cuman tiduran, menonton YouTube offline dan menulis blog. Di tulisan kali ini,
mungkin aku akan menjelaskan beberapa kegiatanku beberapa hari ini.
Keadaan di posko cukup sibuk. Kemarin kami menyambut Pak
Taufan, dosen pembimbing lapangan (DPL) yang datang untuk memberikan penilaian. Saat itu kondisiku masih
ngantuk oleh sebab begadang semalaman mengerjakan buku kegiatan KKN yang belum
terisi sama sekali.
Setelah Pak Taufan disodorkan teh kotak dan roti manis,
Putri, ketua kami mulai menjelaskan program kerja (proker) kelompok, sementara
anggotanya menjelaskan proker individu. Proker individuku sendiri adalah membantu menentukan ukuran
lapangan voli sesuai standar internasional, menjadi MC di dua hari seminar dan
worksop pertanian, menjadi pemateri cara membangun kebiasaan baik untuk anak SD
dan mengajarkan public speaking
sederhana untuk anak-anak berupa memimpin teman-temannya melafalkan Pancasila
setiap malam sebelum rumah belajar.
Setelah DPL pulang dan kami mengucapkan hati-hati, Putri
yang menemani DPL di kantor desa menceritakan kalau kelompok kami dinilai baik
oleh warga sekitar terutama Pak Baharuddin, kepala Desa Teluk Pandan. Kata Pak
Kades kepada Pak Taufan, KKN kali ini banyak membantu desa dan masyarakat kalau
dibandingkan anak KKN sebelumnya. Terima kasih diucapkan Pak Kades kepada kami,
dan tentu saja kami begitu senang untuk itu.
Selama empat hari kemarin, kami juga sedikit sibuk menonton
lomba-lomba 17 Agustus. Masyarakat di Desa Teluk Pandan yang sehari-harinya di
ladang masih cukup kuat buat mengikuti lomba yang mengandalkan kekuatan fisik. Contohnya
adalah lomba balap karung untuk kategori usia di atas 50 tahun di RT 12. Kata
ketua RT, lomba ini berhadiah Tangki Malaysia.
Pertama-tama aku nggak mengerti apa itu tangki Malaysia.
Tetapi dari caranya menjelaskan sepertinya cukup mahal dan bergengsi. Jadi kuperhatikan
tumpukan hadiah di sebuah meja dekat ibu-ibu MC, kucari yang paling mendekati
tangki Malaysia, sampai aku bertemu benda ini.
Ternyata tangki Malaysia yang dimaksud adalah tangki made in
Malaysia. Aku nggak tahu tangki itu nantinya akan digunakan sebagai apa, tetapi
kata pejabat desa yang hadir, hadiah ini sangat bermanfaat bagi para petani.
Untuk balap karung usia di atas 50 tahun berhadiah tangki Malaysia, dimenangkan
atas nama bapak Ambo Ase.
Lomba 17 Agustus juga terasa seperti piala dunia di sini,
khususnya bola voli. Masing-masing putra dan putri pemain voli terbaik di desa
akan mewakili desanya demi merebut peringkat 1. Mba Eti, keluarga dan tetangga
di sekitar posko berbondong-bondong pergi ke Kecamatan untuk mendukung
desanya. Penonton akan tegang ketika
melihat tim di desanya diserang, dan akan gembira ketika berhasil mencetak
poin.
Itulah yang
terjadi di empat hari terakhir, mungkin di hari-hari berikutnya akan
lebih jarang cerita di sini karena akan disibukkan oleh deadline pemetaan
sosial dan laporan-laporan selama KKN. Mungkin aku akan bercerita beberapa hari
sekali, mungkin juga lebih sering kalau terjadi peristiwa penting dan lagi
semangat tulis.
Komentar
Posting Komentar
Kalau sudah dibaca langsung kasih komentar ya. Biar blog ini keliatan banyak yang baca.