Terima Kasih Banyak
1.
Terima kasih banyak.
Terima kasih banyak buat pengalamannya, terima kasih banyak
buat kenangan yang akan membekas sampai hari tua.
Terima kasih banyak untuk segala keajaiban di desa Desa
Teluk Pandan. Terima kasih banyak sudah diberi kesempatan mengenal kalian
semua.
Semoga kita bisa bertemu lagi. Semoga suatu saat nanti
kalian masih mengingatku, sama seperti aku yang mengingat kalian sekarang. 1
Agustus sampai 4 September 2017 akan selalu kukenang sebagai salah satu momen
terpenting dalam hidupku.
2.
Sejak kecil, mereka nggak pernah tahu apa itu lapangan
futsal yang untuk memainkannya harus bayar Rp 100.000, mereka hanya tahu kandang
sapi yang setiap sore disulap jadi lapangan sepak bola.
Mereka nggak pernah tahu ada mal sebesar raksasa yang
menjual beragam varian roti, donat, dan minuman dingin. Yang mereka tahu
ada sebuah warung kecil di sekitar rumah dengan minuman serbuk rasa anggur,
sirsak atau mangga.
Mereka juga nggak pernah tahu apa itu Lampion Garden yang menyala-nyala
dan menghabiskan daya ribuan watt dalam semalam, mereka hanya tahu serunya
berlari kejar-kejaran di dalam rumah.
Bagi mereka, kalau keringat yang dikeluarkan sama, rasa
minumannya sama, dan kebahagiaannya juga sama, kenapa harus bayar
lebih mahal?
3.
Sudah hampir seminggu aku meninggalkan Desa Teluk Pandan, masih
sulit rasanya buat nggak merasa hilang. Di malam kedua setelah aku dan kami
semua menangis haru meninggalkan posko, aku terbangun dan mengira masih
berada di karpet merah ruang tamu posko, tempat seluruh anak laki-laki tidur
setiap malamnya.
Saat berada di Bontang, setelah selesai membeli peralatan
untuk malamnya mengadakan pesta perpisahan bersama warga desa, tak sengaja aku
menyebut ayo kembali ke rumah. Aku termenung sejenak, ternyata alam bawah
sadarku sudah menganggap posko sebagai tempat yang nyaman setara rumah.
Seperti kata Wawal di akun Instagram-nya beberapa hari lalu,
dirinya, aku dan Dery sudah menuntaskan challenge
tidak mencuci almamater dari hari pertama sampai selesai KKN. Aku baru merasa
kalau mengenakan almamater
merupakan suatu kebanggaan. Di mana ketika kamu menggunakannya dan
melintasi jalan di desa, kamu akan di dadah-dadahin sama anak SD seperti presiden
lewat.
KKN yang hanya sekali seumur hidup sudah selesai. Berawal dari aku yang bergabung ke grup Facebook “KKN
43 UNMUL” dan menulis kata kunci “Kutai Timur” di kolom pencarian satu minggu
sebelum pendaftaran KKN dibuka, semua kenangan itu dimulai.
Awalnya, aku hanya akrab dengan Wawal dan Dery yang merupakan
teman SMP-ku, 11 orang sisanya nggak ada yang kukenal. Dua bulan berjalan, banyak
hal terjadi dan membuat kami terasa seperti keluarga. Evaluasi setiap hari (biasanya aku cuman baring atau berkomentar nggak jelas), rebutan kamar mandi,
rebus Indomie setiap malam karena kelaparan dan adanya cuman itu, juga begadang
mengisi buku laporan kerja di H-1 dosen pembimbing lapangan datang.
Aku bersyukur berada di kelompok ini, dan bakal mengingat momen
bersama kalian semua. Tentang seseorang bernama Dede Farida yang begitu care terhadap seluruh anggota posko (aku
sempat sampaikan ke dia kalau dia adalah orang baik), tentang si periang Yamini
yang suka nyanyi lagu dangdut berjudul mabuk duit, tentang Putri Damayanti si
ketua yang tetap semangat dan optimis walaupun kuanggap program kerja pemetaan
sosial kelompok kami agak konyol.
Tentang Rizky Aji Darmawan, anggota yang paling merangkul
bubuhannya untuk menjadi lebih akrab, Muhammad Rendy Fauzi yang kuanggap sebagai orang paling damai sedunia, tentang Rizky Kurniawan yang sempat ngambek karena suatu masalah tapi di hari perpisahan nangis paling kencang, juga
Mardi yang setiap malam laptopnya dipakai untuk bermain Liga PES dari liga
terkenal sampai liga Meksiko.
Ada juga Dery Fathurrahman Pradana yang dikartu merah
temannya sendiri karena pulang ke Samarinda selama seminggu, Wahid Tawaqal yang
di hari terakhir bilang ke aku “Tai. Dari SMP sampai sekarang kita masih
berteman aja, Kuh. Sampah memang ikam!”. Dan tentang Enggar, Mira, Ira, Risa
yang walaupun pendiam dan sering di kamarnya masing-masing tapi tetap memberi
warna buat kelompok ini.
Terima kasih banyak, teman. Terima kasih buat kenangan
manisnya. Aku nggak akan pernah lupa dengan tahu yang setiap hari kita
modifikasi berbagai macam bentuk dari mulai di goreng tepung, dibuat bulat,
dipotong kotak-kotak bersama buncis, dan sebagainya. Aku harap kita semua
sukses, semoga kita semua akan bertemu lagi di lain kesempatan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus