2018 Roundup: You Win Some, You Lose Some
2018 diawali dengan tidak
mudah. Januari adalah bulan terakhirku sebagai reporter di Kaltim Post. Aku mengundurkan diri karena pekerjaannya terasa tidak lagi
menyenangkan (tapi saat bilang resign ternyata nggak perlu buat surat
pengunduran diri karena kontrakku juga nggak diperpanjang, hahahah). Jadi,
bulan kedua aku mulai sebuah bisnis bernama @peptalk.jersey. Modalnya hanya
sotoy, desain mockup dan logo yang kupesan seharga Rp 150rb di usaha sepupu
sendiri.
Karir
Peptalk memiliki target
sederhana: laba bersih meningkat 20% setiap tiga bulan (selanjutnya disebut
kuartal). Di kuartal pertama, sambil mencari market aku bereksperimen membuka stan
makanan di bazar BigMal. Bermodal patungan bersama Adeya, kami bekerja sama
dengan stan pentol cireng di lantai bawah dekat parkiran motor, lalu menjualnya di lantai atas dekat parkiran mobil. Kami mendapat harga reseller dan menjualnya dua kali lipat. Asumsinya pengunjung yang
membawa mobil punya level ekonomi lebih tinggi daripada pengunjung yang membawa
motor, sehingga bersedia membayar lebih mahal.
Dalam 8 hari bazar, kami
hanya untung di akhir pekan sementara hari kerja cukup menyedihkan karena mal sepi.
Ditawari lagi untuk ikut bazar berikutnya, kali ini hanya tiga hari dengan biaya
sewa lebih murah dan dua di antaranya akhir pekan. Kami kembali berpartisipasi
dan memang untung, tetapi secara keseluruhan tidak balik modal karena modal perlengkapan masak cukup besar. Padahal dalam dua kali bazar stan bernama Tol
Pentol itu bisa dibilang cukup ramai dan masuk tiga besar terlaris.
Gagal di bazar dan merasa
kurang cocok di industri kuliner, aku jadi keranjingan belajar strategi
pemasaran. Belajar bagaimana suatu produk bisa laku. Setiap hari menonton video
di YouTube soal pemasaran dan wawancara pengusaha sukses. Diikuti dengan
berlangganan majalah marketing dan membeli buku-buku yang pengusaha sukses baca.
Pertengahan tahun Peptalk
melebarkan sayapnya ke bisnis kaos sablon karena mahasiswa sedang mencari baju
KKN. Hasilnya cukup untung.
Selanjutnya, semua
seperti keajaiban. Setiap kuartal aku diselamatkan keberuntungan.
Contohnya di hari-hari penutupan kuartal, proses produksi jersey selesai lebih
cepat dari perkiraan dan pembeli langsung melunasi pesanannya sehingga mencapai
target. Lalu di kuartal terakhir 2018 secara mengejutkan kantor Gudang Garam
Samarinda memesan 102 kemeja kantor untuk seragam kerja 2019, padahal di awal kuartal
penjualan jersey sedang menurun. Aku merasa ini bukan hanya soal strategi,
tetapi juga berkat restu orang tua dan kehendak Allah.
Hubungan
You win some, you lose
some. Sedang mengalir rezeki di usaha sendiri, di Oktober
aku putus dengan Adeya yang sebenarnya banyak membantu dalam pola pikir dan pengembangan
usaha. Di ranah akademik, dia salah satu jagoan fakultas ekonomi kampus.
Keputusan sudah diambil
dan aku jadi pesakitan untuk beberapa waktu. Siklusnya setiap hari adalah sedih,
marah-marah, curhat di catatan pribadi dan meminta teman dekat mendengarkan cerita
yang sama. Untungnya, aku masih punya mereka sebagai jangkar agar tak hanyut
dalam hal yang tidak-tidak.
Persahabatan
Aku beruntung punya teman-teman
yang baik. Di pekan pasca putus, aku terhibur dengan kehadiran Zaky ke
Samarinda sehingga WOOO! menjadi lengkap dan membuatku punya aktivitas selain menye-menye. Tepat di hari Zaky kembali ke Makassar, grup Deepweb mengadakan
liburan kecil-kecilan ke Balikpapan selama dua hari. Keduanya memang sudah
direncanakan lama, bahkan sebelum hubunganku putus. Aku banyak tertolong.
Mengenai Deepweb, tahun
ini cukup menggembirakan untuk masing-masing karir kami. Seperti yang sudah kuceritakan di
paragraf sebelumnya, meskipun tidak lagi menjadi reporter setelah 1,5 tahun,
aku punya Peptalk dan sangat bersyukur karena target setiap kuartalnya
selalu terpenuhi.
Disa menjadi anggota
dengan penghasilan terbesar di grup karena reputasinya mengembangkan smrfoodies,
jasa manajemen sosial media branding.in dan yang terbaru jasa dokumentasi
untukdikenang.id, sementara Haris bisa main game kartun Jepang di Android terbaru
miliknya hasil pekerjaan pertamanya sebagai driver ojek online.
Onel yang sudah dua tahun
menjadi teknisi lapangan Indiehome insyaallah awal tahun depan memberi pengumuman
menggembirakan. Nindi sebagai satu-satunya perempuan di grup tak merasa keberatan
sering pulang malam karena tugas sebagai koordinator editor di Samarinda TV.
Kalau diperhatikan, tahun
ini kami hanya menyisihkan waktu bertemu dua kali setiap bulan. Biasanya makan
sepiring martabak di rumah Haris sambil bergosip tentang orang yang konyol atau
rental PS4 di Samarinda Seberang.
Gelar S.IKom memang belum
kami dapatkan (ya iyalah, menulis skripsi satu bulan sekali saja belum tentu),
tapi kami sedang berkembang di jalur masing-masing. Bekerja keras untuk
suatu saat menikmatinya.
Komentar
Posting Komentar
Kalau sudah dibaca langsung kasih komentar ya. Biar blog ini keliatan banyak yang baca.